Saat Desa Setia Asih Independent kemarin ke desa itu, terlihat rumah-rumah penduduk terbuat dari kayu. Rata-rataTidak dicat dengan atap genteng. Di samping rumah, terlihat Sawah-Sawah yang terbentang dengan luas hingga ke belakang rumah. Sementara jarak antara satu rumah dan rumah lainnya cukup jauh. Tidak terlihat rumah berdekatan, walau ada yang berjarak 10 meter.
Lalu bagaimana dengan aktivitas anak sekolah di desa tersebut? Udin sedikit bercerita. Kalau punya uang cukup, tidak ada orang yang mau menyekolahkan anaknya di desa mereka. “Bayangkan dari rumah ke sekolah saja sangat jauh. Kalau jalan kali bisa satu jam atau dua jam perjalanan. Untung ada Sepeda Kalau tidak ada, terpaksalah anak-anak itu susah sekali,” katanya.
Anak-anak sekolah di desa itu kesulitan jika hendak pergi ke sekolah karena jauhnya lokasi. Samita Desi, murid kelas 5 SDN Setia Asih 04, mengakuinya. Menurut bocah 12 tahun itu, setiap pagi dirinya harus bangun pagi-pagi dan sekitar pukul 06.00 WIB harus siap pergi ke sekolah, padahal matahari belum terlihat. “Masih gelap juga pagi jam segitu,” ujarnya.
Desi berangkat dengan uang
jajan seadanya dan jalan kaki. Melewati jalan yang di sekelilingnya adalah Sawah. Untung Desi tidak sendiri. Ada Ira, Wati, dan Sulasmini, teman sekelasnya. “Kadang-kadang sambil lari-lari sampai keringatan,” celoteh anak-anak itu.
Desi dan kawan-kawanya bisa datang ke sekolah jika cuaca baik. Ketika hujan, jalan yang sering mereka lewati becek. “Kalau ujian, ya harus datang. Sampai di sekolah, pakaian kami kotor semua kena lumpur,” tuturnya.