Baru baca berita yg lumayan bikin ketawa, garuk2 kepala, sekaligus sedih

Jakarta (ANTARA News) – Pakar Telematika Roy Suryo mengimbau agar masyarakat saja yang menggunakan teknik flaring atau ramai-ramai menolak penayangan film Fitna di situs YouTube, MySpace, Rapidshare, dan Meta Cafe daripada pemerintah yang melakukan pemblokiran seluruh akses ke situs-situs tersebut.


“Jika masyarakat ramai-ramai menuliskan komentar penolakannya di situs itu dan kuota keluhan terpenuhi, mereka akan dengan sendirinya mencopot film itu dari situsnya,” kata Roy di Jakarta, Rabu.


Ia mencontohkan, YouTube yang memiliki kuota penolakan 500 atau 1.000 orang untuk mencopot suatu film dari situsnya. “Jadi bukan pemerintah yang bertindak,” tambahnya.


Roy menyatakan kurang setuju jika pemerintah memblokir akses situs-situs yang memuat film Fitna dan mengumpamakan tindakan tersebut dengan “mengejar tikus dengan membakar lumbungnya”.


“Yang jadi masalah kan kontennya, film Fitna buatan Geertz Wilders yang provokatif dan menyinggung umat Islam itu. Jadi yang diblokir seharusnya film Fitna saja. Sementara itu jangkauan YouTube sebagai situs video-sharing sangat luas. Jangan semuanya diblokir,” katanya.


Menurut alumni UGM kelahiran Yogyakarta, 18 Juli 1968 itu, ada juga masyarakat Indonesia yang memanfaatkan bahkan menggantungkan bisnisnya pada keberadaan situs seperti YouTube.


Sebelumnya, Depkominfo menerbitkan surat No. 84/M-KOMINFO/04/08 tanggal 2 April 2008 perihal Pemblokiran Situs dan Blog yang memuat film Fitna.


Dalam surat tersebut, selain meminta Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penyelenggara IIX (Indonesia Internet Exchange), penyelenggara OIXP (Open Inter Exchange Point) memblokir akses, juga meminta 146 penyelenggara jasa internet, serta 30 penyelenggara NAP (network access point) turut berpartisipasi.


“Tapi saya perlu konfirmasi dulu apakah ini adalah kesalahan dari pemerintah atau ISP (internet service provider)-nya yang salah menerjemahkan dengan memblokir akses situs-situs itu secara total,” katanya.

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menyatakan telah memblokir situs dan blog seperti YouTube, MySpace, Rapidshare dan Meta Cafe yang melakukan posting film Fitna.


Manajemen PT Excelcominfo Pratama Tbk (XL) juga telah mengumumkan bahwa jaringan pelanggan internetnya tidak akan bisa mengakses situs-situs You Tube, My Space, Meta Cafe, dan Rapidshare sampai ada pemberitahuan selanjutnya. (*)

source : antara

Ada beberapa point yg lucu

Jakarta (ANTARA News) – Pakar Telematika Roy Suryo mengimbau agar masyarakat saja yang menggunakan teknik flaring atau ramai-ramai menolak penayangan film Fitna di situs YouTube, MySpace, Rapidshare, dan Meta Cafe daripada pemerintah yang melakukan pemblokiran seluruh akses ke situs-situs tersebut.

Entah itu media yg salah quote atau nggak, tapi yg pasti gw baru denger istilah flaring, gw search di wiki ga ada penjelasan flaring yg berhubungan ama dunia internet. Setelah gw baca lagi itu artikel :

“Jika masyarakat ramai-ramai menuliskan komentar penolakannya di situs itu dan kuota keluhan terpenuhi, mereka akan dengan sendirinya mencopot film itu dari situsnya,” kata Roy di Jakarta, Rabu.

Akhirnya nyadar gw bahwa yg sebenernya dimaksud ama om Roy itu sebenernya adalah flagging. Ealah om situ ngakunya “pakar IT” tapi kok bisa2nya g bisa ngebedain antara flagging dan flarring. Sayah mah maklum aja, wong ngebedain Hacker, Cracker, ama Blogger aja blom bisa (source). Tapi kita juga belum tau itu medianya yg salah atau om Roy yg salah, walaupun kita gak akan pernah tau soalnya nanti om Roy pasti bakal nyalahin media salah kutip seperti kejadian penjelekan blogger kemaren.

Satu lagi yg bisa diambil dari pernyataan “sang pakar” diatas, sama seperti pernyataanya bahwa dia gak mendukung pemblokiran (source), adalah basi en telat. Wong pemblokan udah makan banyak korban baru ngomong om Roy, coba ngomongnya jauh2 hari, kan pemerintah mungkin gak melakukan pemblokan yg menguntungkan banyak pihak (sarcasm mode on), kan om Roy pakar IT konsultan IT terpercaya pemerintah, bukan orang sok tau macam Pak Onno W Purbo (sarcasm mode still on).

Oya bukan hanya telat, pernyataan itu juga kesannya ikut2an ato niru, soalnya jauh hari Sylvia Sumarlin ,Ketua Umum APJII, sudah mengusulkan hal yg serupa kepada Depkominfo tetapi ditolak, kemungkinan gara2 Depkominfo gak sabaran (source).

So, buat para media, berhentilah ngutip kata2 om Roy Suryo, mending ngutip kata2 Pak Onno, selain lebih berbobot, juga gak bakal disalahin gara2 mencemarkan nama baik trus kena UU ITE

Ini cuma pendapat pribadi dari seorang newbie yg mengaku menjadi seorang newbie, g ada maksud laen. *ngacir takut di-sms om Roy ntar malem


sumber : http://shinji69.wordpress.com/2008/04/10/roy-suryo-gunakan-teknik-flaring-untuk-cegah-film-fitna/